Aku Benci Ramadhan

20.52 0 Comments



Yo wassup gaesss, bangkit dari kematian itu mudah, hanya saja pengurusan berkas yang sudah kedaluwarsa mengakibatkan lamanya proses, tapi berkat beberapa oknum calo, gua bisa cepat hidup lagi and finally, bisa juga cuap-cuap kembali dengan banyak omong kosong dalam kemasan yang sedikit baru, faktor bulan Ramadhan (nganggur) kali ya haha. Ramadan dan Ramadhan, mana  yang benar? Tidak ada yang salah, di Indonesia sendiri banyak masjid-masjid yang menggunakan Ramadhan, namun menurut kamus besar bahasa Indonesia tertulis Ramadan, begitupun ketika di translate dalam bahasa Inggris akan menjadi Ramadan.


Puasa? Sahur? Lebaran? Siapa yang tidak kenal dengan kata tersebut, pemenang kategori istimewa di bulan Ramadhan. Tapi jangan harap paragraf seterusnya akan terus istimewa. Pun, itu hanya pemanis layaknya segelas kaca dingin disebabkan gumpalan es batu memadati bagian bawah gelas, berdiri tegap pada meja makan, ditemani banyaknya potongan mini buah warna-warni (hijau, kunning, putih, merah, hitam dan orange) serta dibubuhi cairan susu putih dari kaleng berlogo hampir mirip bendera bermotif hati strip biru berlatar putih (no endorse), dan terakhir dalam gelas tersebut di cover warna dominan hijau oleh ibu Marjan (ini baru). Sepertinya kalian mulai lapar! :v


Bulan terbaik dalam setahun. Sedikitnya ada ratusan triliun keturunan adam menikmati suasana Ramadhan, bahkan hingga generasi 2K16 sekarang banyak yang (sangat) bersyukur untuk temu  kangen bersamanya. Siapa sangka sebab Ramadhan, banyak ditemui hal baru yang tidak ditemui di waktu lain, baik dari sisi duniawi dan ukhrawi. Tak perlu gua sebutin contohnya, toh kalian sudah tahu. Yah tapi karena kalian memaksa, gua bakal kasih beberapa contoh seperti, sarapan keluarga jam 3 pagi, tadarus di masjid, banyak gorden massal dimana-mana, jumlah jamaah di masjid menyaingi jumlah pengunjung restoran, ada istilah ngabuburit sembari menyambut waktu makan minum, sholat tarawih di masjid-masjid, banyak makanan langka yang bermunculan begitupun dengan minumannya, jumlah pengguna pakaian kokoh dan jilbab naik drastis, dan terakhir siaran broadcasting dan akun social media yang  beraroma religi. Puas?


But, did you know the purpose of Ramadhan? Yang gua ingat dulu kata mama, “Bulan Puasa membuat kita sadar bagaimana rasanya tidak bisa makan dan minum seperti orang yang tidak mampu dan tak punya apa-apa, jadi kita harus bersyukur karena kita masih mampu untuk menikmati makan dan minum.” Selain agar kita merasakan tenggang rasa, bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini juga harus, jika ingin kaya maka rajin-rajinlah berinfaq dan bersedekah. Jadi buat kalian yang memiliki kelebihan, tentu wajib untuk membantu saudara kita diluar sana, tak perlu nilai besar, ikhlas saja sudah cukup apalagi di bulan Ramadhan ini, segala amal perbuatan baik akan dilipatgandakan.


Sempat bertanya pada beberapa kerabat tentang kerinduan akan Ramadhan, kebanyakan menjawab dengan bahasan yang serupa pada alinea ketiga. Sebenarnya sih tak ada masalah dengan hal itu, namun bukan itu yang dimaksud, coba lihat kembali petikan Al-Baqarah : 183 “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana atas orang sebelum kamu agar kamu betakwa.” Dan generasi saat ini benar buta, entah faktor kemajuan teknologi atau apa sehingga hanya untuk mengambil hikmahnya saja masih bingung, coba kita lihat lagi petikan Al-Baqarah : 185 “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” So kita harusnya bisa lebih bersyukur atas yang diberikan sang pencipta.


Bagaimana dengan perkembangan teknologi dimasa ini, besar pengaruhnya kemajuan teknologi sebenarnya sangat berguna, namun masih saja diantara kalian yang menyalahgunakannya sehingga terkesan menjijikan. Sebut saja media sosial, banyak yang gua jumpai orang-orang (sok) kekinian (begitu julukan mereka) yang menganggap bulan Ramadhan ini sebagai ajang ria (pamer), mulai dari memasang foto mereka sedang bersedekah dengan caption “Ramadhan Berkah”, “Indahnya Berbagi”, “Saling Merasa”, dll. Hei wtf!, bukannya gua mau sok negative thinking, tapi perbuatan itu lebih ke pencitraan diri, banyakan kesan miring daripada berkah itu sendiri, begitu pantasnya tangan kiri mengetahui. Shit, mungkin akan sangat amat lebih baik ketika kalian bersedekah dimasjid lalu dengan nama “Hamba Allah.” Well, many are still blind, stuck, arrogant, and ambitious. Memandang seseorang sembari menilik strata sosialnya, lah kan bagi  tuhan kalian  semua itu sama, cuma semut kecil yang bisa mati sekali injak. Solusi? Jangan tanya, sejak kapan taubat? Dunia menyenangkan bukan? Kendalikan niat saja sulit. Jangan karena Ramadhan pelakunya, jangan karena banyak yang ke masjid kejadiannya, ngotot pake pengacara seperti kerabat jauh ya, lawyer kehidupan kalian ya hayat kalian sendiri.  Banggakan dunia dengan sampul Ramadhan, tetap seperti itu hingga tak ada lawyer yang mau mengakui hayat kalian sendiri. Panas? Tentu akan kalian syukuri kelak usai hisab.



Ouu c’mon jangan menyesal telah membaca, coretan ini tak sanggup mengampuni kalian, hanya bantu menghitung kesalahan. Mau bulan puasa atau tidak, ya terserah gua, tapi segera manfaatkan kesempatan. Sedekah termudah saja dahulu perbanyak senyum jiwa, jangan suci amat. Bersyukurlah atas momen Ramadhan pertemukan kita, awali lagi dengan sahur, berbuka yang manis, perbaiki diri, maksimalkan semuanya, meski pencipta selalu memberi waktu tanpa kita minta,  tapi “kesempatan” yang kita minta itu sangat terbatas.

Unknown

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 komentar: