Aku Benci Ramadhan
Yo wassup gaesss, bangkit dari kematian itu mudah, hanya saja
pengurusan berkas yang sudah kedaluwarsa mengakibatkan lamanya proses, tapi
berkat beberapa oknum calo, gua bisa cepat hidup lagi and finally, bisa juga cuap-cuap kembali dengan banyak omong kosong
dalam kemasan yang sedikit baru, faktor bulan Ramadhan (nganggur) kali ya haha. Ramadan dan Ramadhan, mana yang benar? Tidak ada yang salah, di Indonesia sendiri banyak masjid-masjid yang menggunakan Ramadhan, namun menurut kamus besar bahasa Indonesia tertulis Ramadan, begitupun ketika di translate dalam bahasa Inggris akan menjadi Ramadan.
Puasa? Sahur? Lebaran? Siapa yang
tidak kenal dengan kata tersebut, pemenang kategori istimewa di bulan Ramadhan.
Tapi jangan harap paragraf seterusnya akan terus istimewa. Pun, itu hanya
pemanis layaknya segelas kaca dingin disebabkan gumpalan es batu memadati
bagian bawah gelas, berdiri tegap pada meja makan, ditemani banyaknya potongan
mini buah warna-warni (hijau, kunning, putih, merah, hitam dan orange) serta
dibubuhi cairan susu putih dari kaleng berlogo hampir mirip bendera bermotif
hati strip biru berlatar putih (no
endorse), dan terakhir dalam gelas tersebut di cover warna dominan hijau oleh ibu Marjan (ini baru). Sepertinya
kalian mulai lapar! :v
Bulan terbaik dalam setahun. Sedikitnya
ada ratusan triliun keturunan adam menikmati suasana Ramadhan, bahkan hingga
generasi 2K16 sekarang banyak yang (sangat) bersyukur untuk temu kangen bersamanya. Siapa sangka sebab
Ramadhan, banyak ditemui hal baru yang tidak ditemui di waktu lain, baik dari
sisi duniawi dan ukhrawi. Tak perlu gua sebutin contohnya, toh kalian sudah
tahu. Yah tapi karena kalian memaksa, gua bakal kasih beberapa contoh seperti, sarapan
keluarga jam 3 pagi, tadarus di masjid, banyak gorden massal dimana-mana,
jumlah jamaah di masjid menyaingi jumlah pengunjung restoran, ada istilah
ngabuburit sembari menyambut waktu makan minum, sholat tarawih di
masjid-masjid, banyak makanan langka yang bermunculan begitupun dengan
minumannya, jumlah pengguna pakaian kokoh dan jilbab naik drastis, dan terakhir
siaran broadcasting dan akun social media yang beraroma religi. Puas?
But, did you know the purpose
of Ramadhan? Yang gua ingat dulu kata mama, “Bulan Puasa membuat kita sadar
bagaimana rasanya tidak bisa makan dan minum seperti orang yang tidak mampu dan
tak punya apa-apa, jadi kita harus bersyukur karena kita masih mampu untuk
menikmati makan dan minum.” Selain agar kita merasakan tenggang rasa, bersyukur
atas apa yang kita miliki saat ini juga harus, jika ingin kaya maka rajin-rajinlah
berinfaq dan bersedekah. Jadi buat kalian yang memiliki kelebihan, tentu wajib
untuk membantu saudara kita diluar sana, tak perlu nilai besar, ikhlas saja
sudah cukup apalagi di bulan Ramadhan ini, segala amal perbuatan baik akan
dilipatgandakan.
Sempat bertanya pada beberapa
kerabat tentang kerinduan akan Ramadhan, kebanyakan menjawab dengan bahasan
yang serupa pada alinea ketiga. Sebenarnya sih tak ada masalah dengan hal itu,
namun bukan itu yang dimaksud, coba lihat kembali petikan Al-Baqarah : 183 “Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana atas orang
sebelum kamu agar kamu betakwa.” Dan generasi saat ini benar buta, entah faktor
kemajuan teknologi atau apa sehingga hanya untuk mengambil hikmahnya saja masih
bingung, coba kita lihat lagi petikan Al-Baqarah : 185 “Bulan Ramadhan adalah
(bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang
batil).” So kita harusnya bisa lebih
bersyukur atas yang diberikan sang pencipta.
Bagaimana dengan perkembangan
teknologi dimasa ini, besar pengaruhnya kemajuan teknologi sebenarnya sangat
berguna, namun masih saja diantara kalian yang menyalahgunakannya sehingga
terkesan menjijikan. Sebut saja media sosial, banyak yang gua jumpai
orang-orang (sok) kekinian (begitu julukan mereka) yang menganggap bulan
Ramadhan ini sebagai ajang ria (pamer), mulai dari memasang foto mereka sedang
bersedekah dengan caption “Ramadhan Berkah”, “Indahnya Berbagi”, “Saling Merasa”,
dll. Hei wtf!, bukannya gua mau sok negative thinking, tapi perbuatan
itu lebih ke pencitraan diri, banyakan kesan miring daripada berkah itu
sendiri, begitu pantasnya tangan kiri mengetahui. Shit, mungkin akan sangat amat lebih baik ketika kalian bersedekah
dimasjid lalu dengan nama “Hamba Allah.” Well,
many are still blind, stuck, arrogant,
and ambitious. Memandang seseorang sembari menilik strata sosialnya, lah
kan bagi tuhan kalian semua itu sama, cuma semut kecil yang bisa
mati sekali injak. Solusi? Jangan tanya, sejak kapan taubat? Dunia menyenangkan
bukan? Kendalikan niat saja sulit. Jangan karena Ramadhan pelakunya, jangan
karena banyak yang ke masjid kejadiannya, ngotot pake pengacara seperti kerabat
jauh ya, lawyer kehidupan kalian ya
hayat kalian sendiri. Banggakan dunia
dengan sampul Ramadhan, tetap seperti itu hingga tak ada lawyer yang mau mengakui hayat kalian sendiri. Panas? Tentu akan
kalian syukuri kelak usai hisab.
Ouu c’mon jangan menyesal telah membaca, coretan ini tak sanggup mengampuni
kalian, hanya bantu menghitung kesalahan. Mau bulan puasa atau tidak, ya
terserah gua, tapi segera manfaatkan kesempatan. Sedekah termudah saja dahulu
perbanyak senyum jiwa, jangan suci amat. Bersyukurlah atas momen Ramadhan
pertemukan kita, awali lagi dengan sahur, berbuka yang manis, perbaiki diri,
maksimalkan semuanya, meski pencipta selalu memberi waktu tanpa kita
minta, tapi “kesempatan” yang kita minta
itu sangat terbatas.
0 komentar: