Sorry to Move

18.16 0 Comments


Gua sendiri masih belum paham kenapa? Saat pulang menyusuri kumpulan pohon yang sedang mengaduh pada angin sembari diserbu merpati putih yang secara bergantian bermain ayunan, selain mereka gua bahkan seperti cacing bagi mereka, menjadi sangat kecil dan niat kuat untuk menciptakan candaan tanpa dosa bagi mereka, seberapa pantas gua dengan makhluk tuhan ini, apa kami memiliki perbedaan sosial? Apa mereka tak bisa sekali saja berhenti dengan ocehan mereka dan mulai menggugurukan daun serta sayap indah itu untuk diriku seperti budak yang butuh keromantisan dari Verona. Terhina dengan gaya khas mereka layaknya para tentara jerman yang psikopat dan beringas menerka begitu kuat rasa ingin tahu mereka. Apa bisa seseorang yang begitu tersiksa dengan adanya hati yang diciptakan tuhan selalu menjadi bahan lelucon yang selalu dibanggakan mereka.

Oh tuhan, kenapa kau ciptakan hati ini bila untuk selalu dipatahkan. Tersinggunglah, singgungan ini bukan hanya menampar semua yang mengalami, gua sebagai sang penyatakan masih saja rasa frontal dengan kata-kata ini. Huff apa hanya ini yang bisa diberikan? Jendela itu sudah sangat berdebu, apakah akan ada sesuatu yang melebihi hati yang tak bisa dijual beli apapun untuk kehidupan sehari-hari? Apa syaratnya? Harus seperti apa sekarang? Apa harus kuat melihat mereka berjalan bersama juga melihat berbagi cinta satu sama lain? Meskipun ada yang berdiam manis dengan menggenggam cincin disamping lu, tetapi sama saja bukan kalo lu tetap pahit. Oh tuhan, mengadu kembali apa peran antagonis begitu layak padaku? Bahkan tak pernah ingin menjadi salah satu dari ketiga peran itu setelah semua ini terjadi, pernah terlintas saat belum ada album yang mengisi memori dan menjelaskan semua, pernah gua bermimpi menjadi pemeran utama dalam operamu tuhan, tapi gua sadar semakin banyak drama, semakin banyak juga karma.

Emang bener, tapi drama seperti yang harusnya gua perankan, bukankah hidup begitu banyak sandiwara dengan sutradara kehidupan yang blak-blakan, woii apa “sebenarnya ada orang yang special?” kalo denger itu, spontan gua ngomel dalam hati dan mulai menerjemahkan satu persatu makna kalimat itu yang sebenarnya “ga ada orang yang benar-benar special", kalo memang ada bukankah dia hanya sedang berada di nirwana bukan berarti dia begitu special, sebatas mimpi mungkin, ya mimpi dan jangan tanyakan sesuatu itu secara berulang padaku lagi, bukan muak untuk menjelaskannya, tapi hanya kasian melihat mereka yang mendengar jawabannya. No judge antara kehidupan seseorang dengan tuhan, tapi kalo memang ada, show me, secara improve gua segera berlutut. Biar gua share kata-kata dari seorang remaja yang nge-mail gua, dia begitu menyesal hanya menghabiskan waktunya untuk kehidupan dramanya sendiri, he said “Being the most regret when you realize that there should be no drama, no fighting, no crying, no feeling, no confusion, no worries, and no problems”. Saat gua tanya kenapa, dia mengatakan “Regret is a learning experience, do you not get bored should always say "sorry" to your child someday?”. Gua pun paham maksud dia bahwa seorang hero saja pastinya tidak ingin menyesal kedepannya, you have to keep move.

Dan setelah ini gua harus ngabisin secangkir moccacino hangat dan sepiring roti bakar dan segera bawa billnya untuk bayar dikasir, show time is 11.45pm, and i still have to do something for a tonight. Thousand of stars will take care of me. And with you.

Unknown

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 komentar: