Sorry to Move
Gua sendiri masih belum paham kenapa? Saat pulang menyusuri
kumpulan pohon yang sedang mengaduh pada angin sembari diserbu merpati putih
yang secara bergantian bermain ayunan, selain mereka gua bahkan seperti cacing
bagi mereka, menjadi sangat kecil dan niat kuat untuk menciptakan candaan tanpa dosa
bagi mereka, seberapa pantas gua dengan makhluk tuhan ini, apa kami memiliki
perbedaan sosial? Apa mereka tak bisa sekali saja berhenti dengan ocehan mereka
dan mulai menggugurukan daun serta sayap indah itu untuk diriku seperti budak
yang butuh keromantisan dari Verona. Terhina dengan gaya khas mereka layaknya
para tentara jerman yang psikopat dan beringas menerka begitu kuat rasa ingin
tahu mereka. Apa bisa seseorang yang
begitu tersiksa dengan adanya hati yang diciptakan tuhan selalu menjadi bahan
lelucon yang selalu dibanggakan mereka.
Oh tuhan, kenapa kau ciptakan hati ini bila untuk selalu
dipatahkan. Tersinggunglah, singgungan ini bukan hanya menampar semua yang mengalami, gua sebagai
sang penyatakan masih saja rasa frontal dengan kata-kata ini. Huff apa
hanya ini yang bisa diberikan? Jendela itu sudah sangat berdebu, apakah akan
ada sesuatu yang melebihi hati yang tak bisa dijual beli apapun untuk kehidupan
sehari-hari? Apa syaratnya? Harus seperti apa sekarang? Apa harus kuat melihat
mereka berjalan bersama juga melihat berbagi cinta satu sama lain? Meskipun ada
yang berdiam manis dengan menggenggam cincin disamping lu, tetapi sama saja bukan kalo lu tetap pahit. Oh
tuhan, mengadu kembali apa peran antagonis begitu layak padaku? Bahkan tak
pernah ingin menjadi salah satu dari ketiga peran itu setelah semua ini
terjadi, pernah terlintas saat belum ada album yang mengisi memori dan menjelaskan
semua, pernah gua bermimpi menjadi pemeran utama dalam operamu tuhan, tapi gua
sadar semakin banyak drama, semakin banyak juga karma.
Emang bener, tapi drama seperti yang harusnya gua perankan,
bukankah hidup begitu banyak sandiwara dengan sutradara kehidupan yang
blak-blakan, woii apa “sebenarnya ada orang yang special?” kalo denger itu, spontan gua ngomel dalam hati dan mulai menerjemahkan satu persatu makna
kalimat itu yang sebenarnya “ga ada orang yang benar-benar special", kalo
memang ada bukankah dia hanya sedang berada di nirwana bukan berarti dia begitu
special, sebatas mimpi mungkin, ya mimpi dan jangan tanyakan sesuatu itu secara
berulang padaku lagi, bukan muak untuk menjelaskannya, tapi hanya kasian
melihat mereka yang mendengar jawabannya. No judge antara kehidupan seseorang
dengan tuhan, tapi kalo memang ada, show me, secara improve gua segera
berlutut. Biar gua share kata-kata dari seorang remaja yang nge-mail gua, dia begitu
menyesal hanya menghabiskan waktunya untuk kehidupan dramanya sendiri, he said “Being the most regret when you realize that there should
be no drama, no fighting, no crying, no feeling, no confusion, no worries, and
no problems”. Saat gua tanya kenapa, dia mengatakan “Regret is a learning experience, do you not get bored should always
say "sorry" to your child someday?”. Gua pun paham maksud dia bahwa seorang hero saja pastinya tidak ingin menyesal kedepannya, you have to keep
move.
Dan setelah ini gua harus ngabisin secangkir moccacino hangat dan sepiring roti bakar dan segera bawa billnya untuk bayar dikasir, show time is 11.45pm, and i still have to do something for a tonight. Thousand of stars will take care of me. And with you.
0 komentar: